Tolong beri Komentar untuk setiap penggunjung Garaz 36w Makassar

Rabu, 13 Oktober 2010

Profil Pemain Film GARASI



Profil Pemain Film GARASI
Gaia, awal 20an, tinggal bersama ibunya, Kinar (40 tahun) di Bandung. Karena terbiasa hidup sendiri, Gaia tumbuh menjadi sosok perempuan muda yang mandiri. Namun latar belakang keluarga, dan masalah-masalah yang kerap ia alami sejak kecil, membuatnya terbiasa menyimpan masalah dan perasaannya sendiri.
Gaia 'dipaksa' menjadi dewasa karena kondisi masa lalu ibunya, Kinar. Proses pendewasaan ibunya sendiri belum selesai, sehingga Gaia kerap kesulitan memahami ibunya. Gaia lebih sering harus mengatasi masalahnya sendiri dan jadi tidak mudah percaya dengan orang lain. Namun dibalik ketegarannya itu, Gaia sebenarnya sangat merindukan kasih sayang yang tulus.
Gaia selalu merasa tak ada yang memahami dirinya, selalu merasa dirinya terbuang dan tidak diinginkan. Hal itulah yang kemudian membuatnya menarik diri dari lingkungannya. Namun hal itu ternyata kemudian memberikan keuntungan tersendiri bagi Gaia. Keberadaannya sebagai 'orang luar' membuat Gaia leluasa untuk mengamati, menyerap, dan mencerna kejadian-kejadian di lingkungan sekitarnya.
Pemahaman itulah yang kemudian ia tuangkan dalam musiknya. Lirik-lirik yang ia tulis, kebanyakan bercerita tentang keresahan, kemarahan, dan keinginannya untuk berontak dari aturan-aturan sosial yang dianggapnya menyebalkan.
Walaupun tidak pernah belajar secara formal, Gaia mempunyai bakat musik yang luar bisa. Ia sangat keras dalam soal prinsip dan idealisme dalam bermusik. Hal ini menyebabkannya sering gonta-ganti band, karena menurutnya orang-orang di bandnya terdahulu tidak memilikii visi yang sama dengannya dalam bermusik.
Tanpa musik, Gaia merasa bukan siapa-siapa. Bagi Gaia, musik berarti lebih dari sebuah penyaluran ekspresi. Hanya saat bermusiklah ia merasa tenang. Hanya di musik lah ia merasa dapat 'bicara'. Dan hanya di musiklah ia merasa dapat menemukan dirinya.

 “Gaia. Hehehe. Dia itu lucu dan cantik! Dia punya kepribadian yang kuat, tapi di balik kemandiriannya, dia itu fragile sekali.” (Arie Dagienkz, Bison D’Lawas)
“Buat dia band adalah segalanya. Hidupnya hanya untuk bermusik.Idealismenya tinggi.” (Jerry Oktavianus, Make Up Stylist)
“Gaia adalah cewek yang kompleks. Dia selalu ingin menunjukkan ke orang lain bahwa ia tidak peduli apa kata orang tentang dirinya. Prinsip hidupnya kuat, tapi terkadang bisa menjadi sangat lemah.” (Meiske Taurisia, Wardrobe)
“Gaia dingin ke orang-orang yang baru dia kenal. Dia terlalu menyimpan masalahnya sendiri.” (Aries Budiman, Aries)
“Dia adalah satu orang yang memang dilahirkan untuk menjadi penyanyi.” (Andi Ayunir, Penata Musik)
“Karakternya kuat. Punya prinsip hidup, dan selalu berusaha mempertahankan prinsip itu.” (Agung Sentausa, Sutradara)
“Very very talented in music.” (Mira Lesmana, Produser)


Aga, 23 tahun, adalah seorang putra bungsu pengelola padepokan terkenal di Bandung. Ayahnya wafat saat Aga masih kecil, dan meninggalkan padepokan untuk kemudian dikelola oleh Aga dan kakaknya, Sena.
Darah pemusik yang ada dalam keluarganya, membuat Aga mempunyai bakat yang luar biasa. Sebagai seorang lulusan jurusan komputer, Aga lebih sering melakukan eksperimen musik dengan bantuan program komputer dan synthesizer. Musik yang ia ciptakan mempunyai warna yang sangat khas.
Dalam bermusik, Aga tidak sepaham dengan kakaknya, Sena. Hal itu disebabkan oleh keinginan Sena untuk tetap mempertahankan nilai-nilai lama padepokan. Karena alasan itulah, Aga kemudian memutuskan untuk pergi ke Jakarta, untuk mencari band yang mempunyai kesamaan visi dengannya.
Aga begitu mencintai musik. Namun, sifatnya yang penyendiri, tertutup, dan kesulitannya untuk berkomunikasi dengan orang lain membuat Aga sangat sulit menemukan band yang cocok dengannya. Ia cenderung sarkastik dan mudah curiga.
Keinginannya yang paling besar adalah untuk bisa melepaskan diri dari nama besar padepokan. Ia ingin sekali membuktikan kepada orang lain bahwa ia dapat eksis melalui musik yang ia ciptakan sendiri. Memang, sepintas Aga terlihat sangat egois dan berperilaku seolah-seolah tak perlu orang lain.
Aga yang tidak berhasil mendirikan band di Jakarta itu kemudian kembali ke kota kelahirannya. Diam-diam Aga sangat ingin menemukan teman-teman band yang mempunyai rasa cinta yang sama sepertinya dalam hal musik.
"Idealisme musiknya gila banget. Dengan orang-orang di sekitarnya, Aga inilah yang gue sebut tipe orang melankolik egoistik fantastik!. Hehehe." (Arie Dagienkz, Bison D'Lawas)
"Aga itu otaknya band Garasi." (Desta Club 80's, Revi D'Lawas)
"Aga adalah laki-laki yang tidak gampang ditebak perasaannya." (Ayu Ratna, Gaia)
" Menurut gue sifatnya dia tipikal pemusik banget. Cool, senang menyendiri, dan selalu memendam sesuatu." (Denny Sakrie, Hagi Haryadi)
"Dia itu musisi yang hebat." (David Tarigan, Deden D'Lawas)
"Kemarahan dan keresahannya ia keluarkan semua lewat musik." (Prima Rusdi, Penulis Skenario)


Awan, 23 tahun, adalah sahabat Aga sejak kecil. Rumahnya yang dulu terletak persis di sebelah padepokan, membuat Awan sudah dianggap seperti anak sendiri oleh keluarga Aga.
Kepribadian Awan dan Aga seperti layaknya bumi dan langit. Dibandingkan dengan Aga yang tertutup dan penyendiri, Awan justru sangat ramah, humoris, santai, dan dapat cepat beradaptasi dengan orang lain. Tapi mungkin, sifat-sifat Awan inilah yang membuat ia dekat sekali dengan Aga. Awan selalu mengagumi Aga. Awan dengan tulus mengagumi beragam kelebihan Aga, dan juga menerima beragam 'keribetan' sahabatnya yang tak terlalu pandai bicara ini. Sedangkan bagi Aga, Awan adalah satu-satunya orang yang bisa mengerti dirinya. Satu-satunya orang yang Aga anggap mempunyai kesamaan visi dalam bermusik.
Sayangnya, setelah lulus SMA, Awan pergi ke Jepang bersama keluarganya yang pindah ke negara itu. Ia terpaksa meninggalkan Aga, dan meninggalkan impian mereka untuk membentuk band bersama-sama.
Tapi impian itu tidak dapat Awan lupakan begitu saja. Setelah beberapa tahun di Jepang, Awan merasa cukup dewasa untuk menentukan pilihan hidupnya sendiri. Ia pun pamit kepada kedua orang tuanya untuk kembali ke Bandung. Kembali ke kota kelahirannya dengan satu niat yang sangat tulus; untuk menemui Aga, sahabatnya, dan melanjutkan kembali mimpi mereka untuk bermusik bersama.

“Awan anaknya santai. Tapi diam-diam sangat peduli dengan orang-orang di sekitarnya.” (Dewi S. Alibasah)
“Style dan gaya pakaiannya heboh. Suka banget pake baju warna-warni, orangnya penuh semangat.” (Rico Marpaung, Art Director)
“Awan itu paling fun! Easy going, dan agak-agak seneng dandan.” (Meiske Taurisa, Wardrobe)
“Konyol. Orang bisa sangat terbuka dengannya karena dia orangnya seru, enak diajak ngobrol. Pikirannya cukup terbuka dalam bermusik. Cuma Awan yang bener-bener bisa ngerti Aga.” (Fedi Nuril, Aga)
“Gue pasti seneng banget sama orang kayak ini, orangnya seru! Walaupun kadang-kadang cukup annoying juga, hehehe…” (David Tarigan, Deden D’Lawas)
“Awan itu punya hati yang sangat bersih, sangat polos, dan sangat antusias .” (Mira Lesmana)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar