"GARASI": Cara Baru Bikin Band
Jakarta, KCM
Ini drama biasa, bukan film tentang perjalanan sebuah band dari terbentuknya hingga keterkenalan awal mereka. Ini cerita mengenai anak muda yang berusaha menemukan jati diri dan menerima kenyataan tentang diri mereka, dengan dunia musik sebagai "set" untuk menyajikannya ke penonton.
Begitulah GARASI, film pertama Agung Sentausa, yang sebelumnya sering menyutradarai video musik dan sekali mengarahkan film televisi, yaitu Bengkel.
Dengan cerita yang dibikin bersama oleh Mira Lesmana, Prisma Rusdi, dan Agung Sentausa, film ini memasang tiga tokoh utama, para personel grup alternative electronic rock GARASI--Aga (diperani oleh Fedi Nuril), Gaia (Ayu Ratna), dan Awan (Aries Budiman). Dengan mengalami masalah, mereka, terutama Gaia, menjalani usaha menemukan jati diri dan menerima kenyataan mengenai diri mereka.
Gaia anak tunggal hasil hubungan di luar nikah, yang di negeri ini disebut anak haram. Gaia tinggal bersama ibunya, Kinar (Syaharani). Ketika menjalin hubungan dengan ayah Gaia, Kinar merupakan penyanyi latar band ayah Gaia.
Kinar kemudian diasingkan oleh orangtuanya, Tanti dan Rachmat, karena ia tak bersedia memaksa kekasih gelapnya menceraikan istrinya dan ia menolak menggugurkan kandungannya. Gaia pun tidak diakui sebagai cucu oleh kakek dan neneknya dari pihak ibunya. Sementara itu, ia tak pernah pula dikenalkan dengan ayahnya, yang sudah putus hubungan dengan ibunya.
Tinggal berdua ibunya di Bandung, dengan kehadirannya yang tidak dikehendaki oleh eyang-eyangnya, Gaia tumbuh menjadi dara remaja yang mandiri, tertutup, dan tidak mudah percaya kepada orang lain, tapi, sesungguhnya, rindu kasih sayang.
Gaia menjadi vokalis dan gitaris band bukanlah atas nama kemandirian dari segi ekonomi semata, mengingat ibunya cuma mendapat penghasilan dari membuka Salon Kinar di rumah kontrakan mereka di sebuah pemukiman padat Bandung. Bagi Gaia, musik adalah media ekspresi serta pengobat dirinya.
Masuk-keluar grup, Gaia akhirnya bertemu dengan Aga, yang ingin membuat band. Sebelumnya, Aga, di Klub Indie, Bandung, sempat menyaksikan kejadian Gaia keluar dari grup terakhirnya, karena persoalan personal salah satu rekan se-bandnya telah mengganggu wilayah kerja grupnya.
Aga dan Gaia berkenalan di d’Lawas, toko musik lama di Bandung yang dimiliki dan dijalankan oleh tiga serangkai Revi (Desta "Clubeighties"), Bison (Ari Dagienkz), dan Deden (David Tarigan).
Ketidaksengajaan mengantar mereka ke perkenalan itu. Album grup lama Guruh Gypsy, yang sebetulnya sudah berhak dimiliki oleh Gaia, oleh trio Revi-Bison-Deden diserahkan ke Aga. Pasalnya, sampai batas waktu yang dijanjikannya sendiri, Gaia tidak kunjung mengambil album tersebut. Aga berhak memilikinya karena telah memenuhi syarat yang diberlakukan oleh d’Lawas, yaitu berhasil menjawab dengan benar pertanyaan-pertanyaan mengenai Guruh Gypsy.
Aga bersedia mengembalikan album itu kalau Gaia mau nge-jam dengan Aga dan pemain drum bernama Awan, teman Aga. Maklum, Aga sedang berusaha mendapatkan vokalis untuk band yang akan dibentuknya.
Aga berjanji, kalau sudah nge-jam, Gaia akan tetap berhak membawa pulang album Guruh Gypsy tersebut, tak peduli ia jadi atau tidak bergabung dengan Aga dan Awan.
Aga, yang gitaris, pemain keyboard, dan programmer musik, berkeinginan kuat untuk membentuk band lagi, sesudah grupnya yang terdahulu di Jakarta bubar.
Ada yang melatari keinginan keras itu. Aga telah bertekad bulat untuk segera meninggalkan padepokan seni musik tradisonal Sunda warisan ayahnya. Padepokan tersebut dikelola oleh ibunya, Tari (Jajang C Noer) dan kakaknya, Sena (Irwanda Sarumpaet). Aga sudah sumpek berperang dingin dengan Sena lantaran perbedaan aliran musik.
Keinginan kuat Aga bersambut dengan kepulangan Awan ke Bandung. Awan teman Aga sedari kanak-kanak.
Selepas SMU Awan ikut keluarganya ke Jepang, tempat ayahnya mengadu peruntungan sebagai pengusaha. Tapi, setelah berhak menentukan jalannya sendiri, pemuda yang menjunjung tinggi persahabatan dan tulus itu akhirnya kembali ke Bandung untuk mewujudkan cita-cita lamanya bersama Aga, nge-band. Sepulang ke Bandung, Awan menumpang tinggal di padepokan keluarga Aga.
Ditambah Gaia, jadilah GARASI, grup yang lahir di studio musik Aga. Aga memang menyebut studionya, "Garasi."
Seperti yang akan anda duga ketika menonton film ini, kebersamaan dalam GARASI membuat Aga dan Gaia saling jatuh cinta. Namun, Gaia, yang kapok akan pengalaman gonta-ganti band, berusaha mengingkari perasaannya terhadap Aga. Kepada Aga ia menegaskan, peristiwa mereka dua kali berciuman kilat di studio musik Aga tak pernah terjadi.
Tapi, usaha mereka untuk mematikan perasaan itu, antara lain dengan menjaga jarak, malah menyebabkan mereka uring-uringan. Mula-mula Awan menjadi korban. Aga menuduh Awan "ada apa-apa" dengan Gaia. Padahal, Awan dan Gaia dekat hanya selaku sahabat.
Korban berikutnya, keberadaan GARASI. Padahal, mereka baru mengecap keberhasilan awal, sesudah diorbitkan oleh Revi, Bison, dan Deden. Band itu berhenti berkegiatan.
Aga sendirian di sudio musiknya dan belum juga mencairkan hubungannya dengan Sena. Awan pindah tempat tinggal ke Dago dan bekerja di d’Lawas. Gaia kian menjauhkan diri dari Aga dan berupaya melepas belitan persoalan personalnya dengan Kinar dan orangtua Kinar. Apalagi, ia jadi buruan para wartawan, setelah tabloid Go Musik (Gomus) membeberkan kenyataan bahwa ia adalah anak hasil hubungan di luar nikah.
***
GARASI merupakan film yang ringan bagi anak-anak muda. Ceritanya mudah dicerna. Di mana konfliknya bermula dan berakhir, tak sulit ditebak. Karakter tokoh-tokohnya gampang dimengerti.
Namun, ada yang perlu dicatat, walaupun ada tiga tokoh utama dalam film ini, yang menjadi dominan adalah konflik Gaia. Yang kurang terasa, konflik antara Aga dengan Sena. Akting Irwanda yang terlihat canggung sebagai Sena memiliki andil atas terciptanya kekurangan itu.
GARASI juga ringan karena gambar-gambarnya tidak membuat dahi berkerut, meskipun untuk sejumlah pengambilan gambar, kamerawannya memakai pergerakan kamera yang dinamis, seperti yang biasa dipakai untuk adegan manggung dalam video musik.
Adegan-adegan berjalan kaki pun direkam dengan kamera yang sengaja dibawa sembari berjalan, sehingga gambar-gambar tampak tidak stabil. Cara itu dipilih untuk membuat film tersebut dekat dengan dunia anak muda yang dinamis sekaligus resah.
Sementara itu, dialog-dialog dalam GARASI gamblang dan dekat dengan anak muda. Ada yang mengundang tawa, seperti yang dilontarkan oleh tiga sekawan dari d’Lawas. Ada pula yang menyentil kondisi negara kita saat ini. Contohnya, ketika tiba-tiba padepokan keluarga Aga dicurigai menjadi tempat mesum dan hendak digerebek oleh sejumlah warga sekitar, Tari berujar tegas, "Kami seniman, bukan koruptor."
Masih soal pesan, film ini juga mengingatkan kepada penonton, khususnya anak muda, untuk mengenal dan menghargai para seniman lama kita dan karya-karya mereka. Lagu Guruh Gypsy dan lagu Benyamin S diperdengarkan. Dalam adegan GARASI manggung di Klub Indie, ditampilkan Keenan Nasution, salah satu personel Guruh Gypsy, datang menonton.
Hal serupa sudah dilakukan oleh Miles Films, yang memproduksi GARASI, lewat film terdahulu, Ada Apa dengan Cinta? (AAdC?), yang disutaradari oleh Rudi Soedjarwo serta dibintangi oleh Nicholas Saputra dan Dian Sastrowardoyo. AAdC? mengangkat karya-karya penyair Chairil Anwar.
***
GARASI, yang ditebari musik anak muda alternative electronic rock, memang film fiksi, bukan berdasarkan cerita nyata perjalanan band bernama GARASI. Namun, grup GARASI betul-betul ada, dengan para personel Fedi, Ayu, dan Aries, bukan Aga, Gaia, dan Awan.
Asal tahu saja, demi adegan-adegan bernyanyi dan bermusik dalam film ini tampak natural, tiga tokoh utama film ini diperani oleh mereka yang memang bisa menyanyi dan main musik, di samping berakting.
Dari kasting yang diadakan selama empat bulan di Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta oleh Miles Films, terpilihlah Fedi, Ayu, dan Aries. Mereka terjaring dari dua ribuan peserta.
Berperan sebagai anak-anak band, mereka tentu beradegan menyanyi dan bermain musik. Namun, untuk berakting, mereka tak cuma pura-pura bisa menyanyi dan bermain musik. Mereka betul-betul bisa melakukan itu.
Fedi dengan gitar dan keyboard. Ayu, yang peserta Indonesian Idol 2005 sampai babak 60 besar, memiliki vokal bagus serta bisa main gitar dan mencipta lagu. Aries, yang menjuarai sejumlah kontes drummer, terakhir adalah additional drummer grup Omelet.
Tak mengherankan, adegan-adegan bernyanyi dan bermmusik dalam film ini kelihatan natural.
Di samping kebisaan tersebut, mereka harus mengikuti selama enam bulan workshop musik dari Andy Ayunir, yang menangani musik untuk film ini. Dalam workshop tersebut mereka harus mencipta sejumlah lagu dengan bantuan Andy.
Enam dari delapan lagu mereka dipakai untuk film ini. Sebut saja, Hilang dan Bukan. Ditambah dua lagu lagi, juga lagu-lagu mereka, jadilah album soundtrack film ini, yang diproduksi oleh Miles Music dan dirilis pada 9 Januari lalu. Andy bertindak sebagai produser musik album itu.
Mira Lesmana, pemimpin Miles Films dan Miles Music, memang merancang untuk membuat film ini lengkap dengan album soundtrack-nya.
Sebagai grup yang dibentuk dengan cepat, GARASI terbilang solid dan rapi dalam bermusik. Tapi, di lain sisi, Eka D Sitorus, yang memberi workshop akting, tak sia-sia. Ayu dan Aries, yang new kids dalam dunia akting, bermain lumayan menjanjikan.
Film ini akan diputar di gedung-gedung bioskop Tanah Air mulai 19 Januari mendatang.
Garasi adalah film yang disutradari oleh Agung Sentausa dan diproduksi pada tahun 2006, dibintangi anatara lain oleh Fedy Nuril, Ayu Ratna dan Aries Budiman.
Film ini menceritakan tentang kisah tiga orang remaja yang hidup dari bermain musik. Mereka membentuk Band yang bernama Garasi dan membawakan lagu-lagu yang unik. Namun diluar kekompakan mereka dalam bermusik, tersimpan berbagai macam konflik antar mereka mulai dari kesalahpahaman, pertentangan dengan keluarga serta gosip dan tuduhan negatif dari masyarakat sekitarnya. Disinilah mereka diuji untuk menunjukkan jati diri dan kekompakan grup mereka.
Garasi | |
Sutradara | |
Ditulis oleh | |
Menampilkan | |
Produser | |
Distributor | |
Tanggal rilis | |
Durasi | 113 menit |
Bahasa |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar